Minggu, 30 Mei 2010

Jam di surga...

Ada serombongan manusia yang sedang menunggu masuk di pintu sorga.Mereka dipanggil masuk satu persatu oleh pejabat malaikat yang bertugasdi sana .Di dinding belakang tergantung puluhan jam dinding sebagaimana layaknyayang terlihat di bandara udara saja.Tetapi ada perbedaannya dengan jam yang ada di dunia ini.Kalau jam di dunia menunjukkan posisi waktu yang berbeda-beda untukberbagai kota tujuan, jam dinding di sorga juga berbeda kecepatan putarannya.Salah seorang yang agak bingung bertanya kepada malaikat di sana ."Hi.malaikat, mengapa jam-jam ini putarannya berbeda-beda, " tanyamanusia tersebut kepada malaikat."Oh itu, jam yang tergantung di sana menunjukkan tingkat kejujuranpejabat pemerintah yang ada di dunia sewaktu Anda hidup," jawab sang malaikat."Semakin jujur pemerintahan di negara Anda, jam negara Anda disinisemakin lambat. Sebaliknya semakin korup pejabat pemerintah negara Anda,semakin cepat pula jalannya," lanjut sang malaikat."Coba lihat," kata seorang yang sedang antri kepada yang lainnya, "jamPhilipina berputar kencang. Berarti memang benar Marcos banyak korupsi tuh.""Itu lagi...itu lagi...!!!!" seru yang lainnya, "Jam Kongo, negaranyaMobutu Seseseko berputar tidak kalah cepat dari jam Philipina."Mereka semua terlihat asik menikmati perputaran jam-jam tersebut. Tapimereka mencari-cari, dimana gerangan jam Indonesia .Salah seorang dari mereka memberanikan diri menanyakan kepada malaikat tadi."Hi..malaikat, dimanakah gerangan jam Indonesia ?" tanya manusia tersebut."Oh, jam Indonesia ... Kami taruh dibelakang dapur. Sangat cocokdijadikan kipas angin," jawab sang malaikat.
The end-

Minggu, 23 Mei 2010

Reflections of a Beautiful Morning

The sun rises above the hillcrest,
As does the joy of my heart;
Rays of warmth and love,
From her I will never depart.

Fresh dew upon the grass,
Young birds chirp in their nests;
I watch her gently sleep,
My love to her I silently profess.

I enjoy the stillness and calm,
Watching as she smiles and dreams;
She brings me to stillness and peace,
Like that of a slow flowing stream.

My heart and soul flow with love,
And I smile as I quietly reflect;
I’ve been handed a sweet princess,
A sweet princess to love and to protect.

A vow to myself I make,
As she quietly sleeps away;
To love and always cherish her,
Until my last breath... until my last day.

Dia Mengaku Juga

 
 

Ketika sebuah tengkorak manusia purba berhasil diangkat dari lembah Sangiran, kelompok ilmuwan yang meneliti kesulitan untuk menentukan umurnya.

Berbagai tes di laboratorium dilakukan dengan berbagai hasil yang tidak cocok satu dengan yang lainnya. Setelah berjalan enam bulan tanpa hasil, kabar tersebut terdengar oleh pimpinan badan intelijen yang lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengambil alih masalah tersebut.

Tiga hari kemudian, dengan bangga ia mengabarkan kepada kelompok ilmuwan tadi bahwa tengkorak itu bernama Phalus Erectus dan umurnya 25.141 tahun 6 bulan 3 hari. Kelompok ilmuwan tersebut heran dan terkagum-kagum.

“Bagaimana anda dapat menentukan nama dan usia tengkorak tersebut sedemikian tepatnya padahal kami sendiri dengan berbagai peralatan canggih tidak memperoleh hasil yang memuaskan?” tanya para ahli tersebut.

Sang perwira dengan bangga menjawab, “Memang anak buah saya sempat memar tinjunya dan tengkorak tersebut tidak kalah parah keadaannya, tetapi akhirnya ia tidak tahan dan mengaku juga.”

 "Non Multa Sed MUltum", Bukan Kuantitas tetapi Kualitas.......
btapa cerianya wajah para pencari Tuhan ini..........
hahaha....................

Kamis, 06 Mei 2010

Keseimbangan Hidup


Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

==============================================

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!